WHAT KIND OF PARENT I WILL BE? (2 WEEKS LEFT TO THE ISLE)
Counting down till I walk to the isle. Gugup? No. Exciting? Yes. Aku seperti mau pergi piknik ke Jepang. So Exciting, That would be fun. Hal yang di nanti-nanti akan datang less in 2 weeks. Kata orang menjelang detik-detik pernikahan pasti ada masalah yang bikin kamu bimbang. Aku ga percaya. I know I want this. Marry a right guy, I'm health, wealth, n enough age. So, what's the problem? But then, they were right. Menjelang pernikahan, ini adalah transisi dimana kita membaurkan 2 orang, 2 budaya, 2 habits, 2 personality, dan 2 2 2 lainnya. N that's not easy u know. Ada banyak hal like and dislike yang ga klop sehingga menghasilkan diskusi panjang yang membuat kita menyadari (pranggg) will we be this like for our entire life? Jawabannya adalah NO. Caranya? bukan membatalkan pernikahannya, karena nanti berganti pasanganpun, kita bakal bertemu dengan masalah yang sama, karena kita menikahi orang lain, kecuali jika kamu menikahi diri sendiri kaya di film predestination. Lalu cara paling efektif adalah saling menghargai, mengalah, mendengarkan, dan memberi ruang. Aku menyadarinya terlalu lama. Karna aku terlalu egois dan selalu ingin menang. Saat dalam keadaan seperti ini, seperti ada piring yang pecah dikepala. What's wrong with me? Aku tidak pernah takut kehilangan siapapun. Aku merasa bisa melakukannya sendirian. Karena itu aku selalu berlaku egois. Tapi kali ini, aku merasa takut kehilangan, dan aku jadi linglung. Untuk orang yang satu ini, dia calon suamiku, yang akan jadi pemimpinku, ayah dari anak-anak ku. Dan aku telah menemukan pria yang paling tepat untuk dijadikan partner. Yang terbaik yang pernah ada. Dan aku akan menghancurkannya karna egoku? Hell no. So maybe this is time for me for changing. Be a better person. Be the greatest wife for the best guy ever.
Satu lagi yang selalu timbul tenggelam di kepalaku. Akan menjadi orang tua seperti apa nanti aku? Aku tau di usiaku yang sangat muda, pasti sangat gugup sekali dengan persoalan membesarkan anak. Dan tentunya setiap orang tua pasti mempunyai budaya sendiri untuk membesarkan anaknya. Lalu budaya apa dan tipe orang tua apakah yang harus aku lakukan nanti? Mungkin jawabannya simpel sekali, seperti kedua orangtuaku dengan improvisasi yang lebih baik. Pengalaman mengasuh dan membesarkan anak-anak yang aku dapat adalah dari orang tua sendiri sebagai pengasuhku selama ini. Seperti apa orang tuaku membesarkan aku, maka kurang lebih pula demikian aku. Baiknya aku memilah hal baik dan buruk terhadap metode orangtuaku. Menganalisis dari metode mereka sehingga berdampak pada kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada diriku sendiri. Tentunya dengan improvisasi dari teori2 dan pengalaman keluarga bahagia lainnya :).
Sedikit mengenai keluarga saya. Orang tua saya adalah orang baik dimana mereka sangat demokratis. Adu pendapat dan perbedaan pendapat adalah sah dalam keluarga kami. Kami (aku dan adiku) diberikan kebebasan memilih dalam menjalani hidup kami. Kebebasan yang diberi batas. Tentu saja ada batasan dimana kita bisa berlari2. Kami tidak pernah diperbolehkan melebihi garis aman. Oleh karena nya, aku dan adikku terbiasa mengambil keputusan sendiri, menjalaninya, dan bertanggung jawab. "Setiap yang kita ambil pasti ada konsekuensinya, dan tanggung jawab adalah penyelesaiannya dari semua pilihan kita" adalah yang selalu dikatakan oleh ayah kami. Mereka adalah tipe orang tua yang sayang pada anaknya melebihi apapun di dunia. Melebihi materi, tahta bahkan dirinya sendiri. Mereka bersedia memberikan apapun bahkan seluruhnya untuk kami anak-anaknya. Hidupnya didedikasikan untuk kami sebagai generasi penerus mereka. Kami adalah aset berharganya, tidak ada yang lebih membuat mereka bahagia selain melihat kami sehat, bahagia dan sukses. Karena itu mereka hidup untuk kami. Aku bisa merasakan mataku berbinar saat menulis ini. Sejauh ini yang aku ingat adalah aku tidak pernah merasakan sedih atau kesusahan selama hidupku. Bahkan aku selalu mendapatkan sekolah yang terbaik dari kecil. Aku tidak tahu bagaimana rasanya orang tuaku mengeluh menyekolahkan aku, baju kumal, sepatu bolong, kelaparan, ga pernah jajan, ga punya buku tulis atau buku bacaan atau hal menyedihkan lainnya. Alhamdulillah, aku mendapatkan semua fasilitas itu selama aku hidup hingga kini. Mereka menyediakan semua kebutuhanku, sesuai kebutuhan, bukan sesuai keinginanku. Bukan karena orang tuaku terlalu kaya, tapi karena mereka selalu memberikan yang terbaik untukku. Aku ingat saat aku TK, SD, aku masih di Jakarta, ayahku bekerja di kontraktor (bukan sebagai arsitek sepertiku ya. Ayahku lulusan ekonomi), dan ibuku ibu rumah tangga. Kami menempati rumah dinas dari perusahaan ayahku yg luasnya tidak lebih dari 2,5 x 10m mungkin ya. (Tipe kontrakan jakarta, orang jakarta u know lahhh) Terdiri dari 3 petak, R. tamu, tempat tidur di lantai yg cukup kasur dan lemari saja, dapur + WC. Hebatnya, aku bersekolah TK dan SD yang setara dengan sekolahan anak bosku sekarang yang penghasilannya milyaran. Alasannya karena mereka sayang aku, mereka anggap dulu sy anak yang cerdas. Mereka ingin memberikan yang terbaik untukku. Dan aku tidak pernah tau bagaimana susahnya ayah dan ibuku mewujudkannya dengan penghasilan yang seadanya, yang aku tau, aku bersekolah, bukuku lengkap, bajuku ada, sepatu dan tas juga tersedia. Aku hanya fokus pada belajar dan mendapatkan nilai terbaik. Dan aku senang saat ibuku ambil rapot, dia tersenyum karena namaku ada di papan tulis sebagai peraih ranking 10 besar bahkan 3 besar. Aku tau aku harapan mereka walau in the end, aku banyak juga mengecewakan mereka. Maafkan aku.
Akhir-akhir ini aku tiba-tiba menjadi melankolis. Yap 2 minggu menuju pernikahan benar-benar membuatku berfikir banyak soal diriku sendiri. Jika ada seorang wanita cantik (bah) yang mapan, cerdas, bisa melakukan semuanya sendirian, dan merasa paling hebat dan benar, mungkin itu adalah aku. Aku akan memiliki partner hidup sekarang, aku tidak bisa individualis seperti ini lagi atau aku akan mengacaukan semuanya. Mungkin ada banyak orang yang selalu menilaiku buruk. Aku angkuh, congkak, blablabla blablabla. Mereka tidak salah, aku menyadari bahwa ditubuhku ini hidup seorang monster yang mana juga selalu membuat diriku sendiri muak. Tp aku manusia, aku seorang anak, seorang teman, seorang kakak yang mungkin dicintai dan dirindui oleh mereka. Aku punya sisi baik karena orang tuaku sudah mendidikku dengan baik. Dan aku bangga menjadi anak mereka, dan juga bangga menjadi diriku sendiri. Dan aku siap menyetak aku aku selanjutnya yang lebih baik. Aku pun bersyukur aku diberi kesempatan hidup oleh Tuhan, dilahirkan di lingkungan yang hebat, orang tua yang bijak dan sangat menyayangiku. Aku tidak pernah memilih mereka, tp aku tahu Allah sayang aku dari awal, dan memberikan mereka sebagai pelindungku. Aku ingin orangtuaku bangga padaku setelah mungkin ada banyak kekecewaan yg telah kulakukan. Now, mungkin aku tidak bisa memilih orang tuaku, tp aku bisa memilih partner hidupku. N I'm sure I get the right one. Dan aku tidak bisa mengecewakannya lagi. N I will make him sure that He gets the right woman too. N if u ask me am I ready for this? I answer Yes, I really do!
Satu lagi yang selalu timbul tenggelam di kepalaku. Akan menjadi orang tua seperti apa nanti aku? Aku tau di usiaku yang sangat muda, pasti sangat gugup sekali dengan persoalan membesarkan anak. Dan tentunya setiap orang tua pasti mempunyai budaya sendiri untuk membesarkan anaknya. Lalu budaya apa dan tipe orang tua apakah yang harus aku lakukan nanti? Mungkin jawabannya simpel sekali, seperti kedua orangtuaku dengan improvisasi yang lebih baik. Pengalaman mengasuh dan membesarkan anak-anak yang aku dapat adalah dari orang tua sendiri sebagai pengasuhku selama ini. Seperti apa orang tuaku membesarkan aku, maka kurang lebih pula demikian aku. Baiknya aku memilah hal baik dan buruk terhadap metode orangtuaku. Menganalisis dari metode mereka sehingga berdampak pada kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada diriku sendiri. Tentunya dengan improvisasi dari teori2 dan pengalaman keluarga bahagia lainnya :).
Sedikit mengenai keluarga saya. Orang tua saya adalah orang baik dimana mereka sangat demokratis. Adu pendapat dan perbedaan pendapat adalah sah dalam keluarga kami. Kami (aku dan adiku) diberikan kebebasan memilih dalam menjalani hidup kami. Kebebasan yang diberi batas. Tentu saja ada batasan dimana kita bisa berlari2. Kami tidak pernah diperbolehkan melebihi garis aman. Oleh karena nya, aku dan adikku terbiasa mengambil keputusan sendiri, menjalaninya, dan bertanggung jawab. "Setiap yang kita ambil pasti ada konsekuensinya, dan tanggung jawab adalah penyelesaiannya dari semua pilihan kita" adalah yang selalu dikatakan oleh ayah kami. Mereka adalah tipe orang tua yang sayang pada anaknya melebihi apapun di dunia. Melebihi materi, tahta bahkan dirinya sendiri. Mereka bersedia memberikan apapun bahkan seluruhnya untuk kami anak-anaknya. Hidupnya didedikasikan untuk kami sebagai generasi penerus mereka. Kami adalah aset berharganya, tidak ada yang lebih membuat mereka bahagia selain melihat kami sehat, bahagia dan sukses. Karena itu mereka hidup untuk kami. Aku bisa merasakan mataku berbinar saat menulis ini. Sejauh ini yang aku ingat adalah aku tidak pernah merasakan sedih atau kesusahan selama hidupku. Bahkan aku selalu mendapatkan sekolah yang terbaik dari kecil. Aku tidak tahu bagaimana rasanya orang tuaku mengeluh menyekolahkan aku, baju kumal, sepatu bolong, kelaparan, ga pernah jajan, ga punya buku tulis atau buku bacaan atau hal menyedihkan lainnya. Alhamdulillah, aku mendapatkan semua fasilitas itu selama aku hidup hingga kini. Mereka menyediakan semua kebutuhanku, sesuai kebutuhan, bukan sesuai keinginanku. Bukan karena orang tuaku terlalu kaya, tapi karena mereka selalu memberikan yang terbaik untukku. Aku ingat saat aku TK, SD, aku masih di Jakarta, ayahku bekerja di kontraktor (bukan sebagai arsitek sepertiku ya. Ayahku lulusan ekonomi), dan ibuku ibu rumah tangga. Kami menempati rumah dinas dari perusahaan ayahku yg luasnya tidak lebih dari 2,5 x 10m mungkin ya. (Tipe kontrakan jakarta, orang jakarta u know lahhh) Terdiri dari 3 petak, R. tamu, tempat tidur di lantai yg cukup kasur dan lemari saja, dapur + WC. Hebatnya, aku bersekolah TK dan SD yang setara dengan sekolahan anak bosku sekarang yang penghasilannya milyaran. Alasannya karena mereka sayang aku, mereka anggap dulu sy anak yang cerdas. Mereka ingin memberikan yang terbaik untukku. Dan aku tidak pernah tau bagaimana susahnya ayah dan ibuku mewujudkannya dengan penghasilan yang seadanya, yang aku tau, aku bersekolah, bukuku lengkap, bajuku ada, sepatu dan tas juga tersedia. Aku hanya fokus pada belajar dan mendapatkan nilai terbaik. Dan aku senang saat ibuku ambil rapot, dia tersenyum karena namaku ada di papan tulis sebagai peraih ranking 10 besar bahkan 3 besar. Aku tau aku harapan mereka walau in the end, aku banyak juga mengecewakan mereka. Maafkan aku.
![]() |
Foto Keluarga saat wisuda |
Akhir-akhir ini aku tiba-tiba menjadi melankolis. Yap 2 minggu menuju pernikahan benar-benar membuatku berfikir banyak soal diriku sendiri. Jika ada seorang wanita cantik (bah) yang mapan, cerdas, bisa melakukan semuanya sendirian, dan merasa paling hebat dan benar, mungkin itu adalah aku. Aku akan memiliki partner hidup sekarang, aku tidak bisa individualis seperti ini lagi atau aku akan mengacaukan semuanya. Mungkin ada banyak orang yang selalu menilaiku buruk. Aku angkuh, congkak, blablabla blablabla. Mereka tidak salah, aku menyadari bahwa ditubuhku ini hidup seorang monster yang mana juga selalu membuat diriku sendiri muak. Tp aku manusia, aku seorang anak, seorang teman, seorang kakak yang mungkin dicintai dan dirindui oleh mereka. Aku punya sisi baik karena orang tuaku sudah mendidikku dengan baik. Dan aku bangga menjadi anak mereka, dan juga bangga menjadi diriku sendiri. Dan aku siap menyetak aku aku selanjutnya yang lebih baik. Aku pun bersyukur aku diberi kesempatan hidup oleh Tuhan, dilahirkan di lingkungan yang hebat, orang tua yang bijak dan sangat menyayangiku. Aku tidak pernah memilih mereka, tp aku tahu Allah sayang aku dari awal, dan memberikan mereka sebagai pelindungku. Aku ingin orangtuaku bangga padaku setelah mungkin ada banyak kekecewaan yg telah kulakukan. Now, mungkin aku tidak bisa memilih orang tuaku, tp aku bisa memilih partner hidupku. N I'm sure I get the right one. Dan aku tidak bisa mengecewakannya lagi. N I will make him sure that He gets the right woman too. N if u ask me am I ready for this? I answer Yes, I really do!
Komentar
Posting Komentar